nusakini.com-- "Kemitraan strategis Indonesia-AS akan terus memperluas dan memperdalam hubungan bilateral, yang tidak saja memberikan manfaat bagi kedua rakyat, namun juga dapat memberikan kontribusi untuk mempertahankan stabilitas, keamanan dan peningkatan kesejahteraan di Kawasan dan dunia", tutur Menlu RI setelah pertemuan bilateral dengan Menlu AS, Rex Tillerson menindaklanjuti kunjungan Wapres Mike Pence ke Jakarta April lalu.

Dalam Pertemuan, kedua Menlu sepakat untuk mengoptimalkan dan mesinergikan mekanisme dialogue di berbagai area kerja sama. Sebagai payung kerja sama strategik, mekanisme dialog pada tingkat Menlu diharapkan dapat mengidentifikasi hambatan dan memajukan implementasi dari kerja sama strategik kedua negara. 

Dalam bidang ekonomi, Menlu Retno dan Menlu Tillerson membahas penguatan mekanisme keja sama ekonomi kedua negara. Diharapakan penguatan mekanisme kerja sama tidak saja meningkatkan nilai perdagangan dan investasi kedua negara, namun juga mendorong kerja sama ekonomi yang win-win.

Dalam kaitan, kedua Menlu sepakat untuk segera merevitalisasi mekanisme Indonesia-US Trade Investment Framework Arrangement (TIFA), yang akan memulai pertemuan pada bulan Juni 2017.

"TIFA tidak saja diharapkan untuk segera mendorong pertumbuhan perdagangan dan investasi, namun juga dapat mengindentifikasi langkah yang dibutuhkan kedepan untuk meningkatkan interaksi kerja sama ekomomi kedua negara," tutur Menlu RI. 

Situasi dan perkembangan di kawasan, khususnya situasi di semenanjung Korea mendapat perhatian besar dalam pertemuan kedua Menlu. Dalam hal ini, Menlu RI menekankan bahwa konflik terbuka tidak akan menguntungkan siapapun dan hanya akan menggangu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang dirasakan manfaatnya selama ini oleh rakyat negara di kawasan Asia dan Pasifik. 

Menlu RI menegaskan agar semua langkah harus diambil secara terukur agar tidak menganggu keamanan, perdamaian dan stabilitas kawasan. "Indonesia secara konsisten, meminta Korea Utara untuk mematuhi semua Resolusi DK PBB terkait denuklirisasi dan menekankan agar mengedepankan proses dialog dalam menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea," jelas Menlu RI. 

Terkait dengan upaya global melawan radikalisme dan terorisme, kedua Menlu sepakat pentingnya untuk melakukan counter narasi dalam melawan ideologi radikal melalui pendekatan soft power. Menlu RI menegaskan pendekatan soft power juga harus meliputi upaya memberdayakan grass root khususnya di bidang ekonomi. 

Dalam kaitan ini, Menlu AS mengajak Indonesia sebagai negara yang memiliki kredensial negara Muslim terbesar di dunia yang demokratis dan toleran, untuk bekerja sama dalam mengembangkan strategi soft power AS. Selain kerja sama soft power, kedua Menlu juga menekankan pentingnya untuk tingkatkan kerja sama dalam mengatasi aliran dana bagi kegiatan terorisme. 

Sesuai mandat konstitusi, dalam pertemuan dengan Menlu Tillerson, Menlu Retno juga membahas rencana dan komitmen Pemerintah AS untuk mendorong kembali proses perdamaian antara Palestina dan Israel. Menlu RI menegaskan bahwa prinsip solusi dua negara menjadi dasar dari tercapainya perdamaian Palestina-Israel.

"Indonesia akan terus melakukan apapun yang Indonesia bisa untuk menyaksikan negara Palestina berdiri sejajar dan hidup berdampingan dengan negara lainnya di Timur Tengah" tutup Menlu RI. (p/ab)